Tradisi pre-UNAS
Ujian
nasional atau biasa disingkat UNAS adalah evaluasi belajar akhir yang dilakukan
serempak secara nasional dan menyamakan mutu tingkat pendidikan antar daerah
yang dilakukan oleh pusat penilaian
pendidikan. Mulai diterapkan pada tahun 2003 dan cukup memberi tekanan kepada
pelajar tingkat akhir SMP maupun SMA
karena takut tidak lulus dengan adanya standar kelulusan. Standar nilai
kelulusan dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui kualitas
lulusan ini mulai mendapat kritikan disebabkan belum adanya pemerataan serta
kesempatan dalam menunjang terselenggaranya system pendidikan terutama pada
daerah pelosok.
Sayangngya
ketegangan menghadapi UNAS telah terwarnai dengan kegiatan non-ilmiah oleh para
pelakunya. Misalnya saja seperti yang diberitakan oleh detik.com puluhan siswa madrasah aliyah di salah satu
daerah jawa timur melakukan ritual merajah pensil dan penghapus yang akan
digunkan. Dijelaskan juga bahwa sebelum prosesi penulisan rajah tersebut, para
siswa terlebih dahulu melakukan sholat dhuha berjamaah dan istigosah di musholl
setempat. Selain itu ada beberapa ritual yang juga sering dilakukan adalah
ziarah makam ke tempat makam-makan yang dianggap suci dan tak lupa diikuti
dengan memohon maaf kepada orang tua atau guru.
Ironi
tersebut dilakukan oleh siswa-siswa yang selama masa pendidikan digembleng
untuk bersikap ilmiah sebagai perwujudan pendidikan. Bersikap ilmiah bukanlah
hal yang terbatas pada aktivitas mengajar di kelas, tetapi juga mampu memilah
dan memilih segala bentuk kegiatan objektif berdasarkan kebenaran-kebenaran
ilmiah. Jika siswa sebagai penerus bangsa tidak melaksanakan sikap ilmiah dalam
bertindak, sudah dipastikan generasi penurus akan terus terbelenggu oleh
aktivitas klenik dan non-ilmiah lain. Maka tak heran jika bangsa kita masih
tertinggal dalam kemajuan IPTEK.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar