Senin, 01 April 2013


EFEK HARI SENIN

Dalam setahun terdapat 12 bulan, dimana satu bulan terdapat 4 minggu dan setiap minggu ada 7 hari. Senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu, minggu itulah nama-nama hari dalam sepekan. Berakhirnya hari minggu menandakan dimulainya hari senin sebagai permulaan aktifitas keseharian manusia. Repetisi aktifitas kerja maupun sekolah seringkali banyak membuat individu merasa malas, tidak semangat hingga tertekan/stress. Perasaan tersebut tidaklah mengada-ada karena perasaan malas timbul dari perasaan cemas berlebih terhadap tugas kerja, takut dimarahi oleh atasan dll. Dengan segala perasaan negative yang bisa menyebabkan etos kerja menurun.
Di samping faktor rasa malas, ada beberapa permasalahan yang menimbulkan persepsi bahwa hari senin adalah hari yang paling dibenci oleh banyak orang.
  1. Senin = kegilaan kemacetan
Ketika penulis dalam perjalanan ke tempat kerja pada hari senin, selalu pertanyaan yang sama di benak bahwa “Apakah semua orang hanya bekerja di hari senin?”. Pertanyaan tersebut timbul karena hari senin adalah hari terpadat dibanding hari lain. Normalnya untuk menuju ke kantor hanya membutuhkan 45 menit, tetapi jadwal tersebut tidak berlaku di hari senin. Jika hari senin, untuk sampai tepat waktu di kantor membutuhkan paling tidak 75 menit hingga 120 menit dari jam masuk kerja. Bertambahnya durasi di jalan menimbulkan efek bad mood ketika sampai di kantor. Kalo sudah seperti itu timbulah rasa cepat emosi, pusing dan segala perasaan negative.
  1. Senin = Jadwal terpadat
Berhubung profesi penulis adalah seorang okupasi terapis di bidang anak-anak berkebutuhan khusus, penulis mencatat bahwa pada hari senin adalah hari dimana pasien penuh hingga sore tanpa ada cancel sesi terapi. Jawal yang penuh sangat menguras tenaga baik fisik atau pun psikis. Karena penuhnya sesi terapi penulis pernah mengalami letih pada jam terakhir pelayanan. Akibatnya penulis meminta izin ke belakang kepada pasien yang sebenarnya penulis makan untuk menambah stamina bekerja kembali.
  1. Senin = Jadwal dosen disiplin
Hari senin adalah hari yang paling mustahil bagi penulis untuk membolos karena alesan lelah bekerja. Entah dari semester awal aktif perkuliahan, hari senin selalu ditempati oleh dosen-dosen yang sangat memperhatikan absensi siswa dalam penilaian.

  1. Senin = kesialan
Hari senin dirasa mendatangkan kemalangan bagi penulis disebabkan tidak terorganisisrnya segala pikiran dan aktivitas. Pada hari senin penulis sering kali mengalami terserempet motor lain karena motor tersebut tidak mau mengalah saat melaju. Sering juga penulis mengalami banyak hal-hal penting yang tidak sengaja terlupakan karena lelahnya bekerja. Segala hal tersebut menjadikan penulis sering terteter jika ada tugas kuliah atau laporan terapi yang belum terselesaikan.

Sudah banyak antisipasi yang dilakukan penulis untuk menghadapi tekanan pada hari senin. Diantara bentuk antisipasinya adalah berusaha mengerjakan tugas pada hari tersebut, untuk menghindari menumpuknya pekerjaan rumah. Mendengarkan music atau radio sebagai hiburan di saat persaan hati jelek, atau tidur siang di sela jam istirahat. Bentuk pengalihan cukup membantu untuk mengurangi tingkat stress yang di rasa.
Hari senin tidaklah beda dengan hari lain dalam sepekan. Mempersiapkan segala bentuk pekerjaan pada hari sebelumnya seharusnya menjadi wujud disiplin diri. Mengubah pola pikir positif bahwa hari senin bukanlah hari sial juga merupakan kunci untuk survive. Karena berpikir positif akan membentuk rasa optimism yang pada akhirnya merubah suasana hati menjadi bahagia. Percayalah segala sesuatu yang dimulai dengan optimiskan akan menghasilkan kebahagian dalam hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar