BAB II
ISI
2.1 Defenisi
Istilah
rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos yang berarti mucus, suatu
cairan yang dianggap jahat mengalir dari otak ke sendi dan struktur klain tubuh
sehingga menimbulkan rasa nyeri atau dengan kata lain, setiap kondisi yang
disertai kondisi nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal disebut reumatik
termasuk penyakit jaringan ikat. Rematologi, salah satu subspesialis ilmu penyakit dalam,
berkonsentrasi pada diagnosis dan terapi penyakit rematik. Istilah ini
berasal dari bahasa Yunanirheuma, yang berarti "yang mengalir seperti sungai
atau aliran" dan akhiran -ologi, yang berarti "ilmu". Para
rheumatolog terutama berurusan dengan masalah yang melibatkan keadaan jaringan
konektif.
Hingga kini dikenal
lebih dari 100 macam penyakit sendi yang seringkali memberikan gejala yang
hampir sama. Oleh karena itu pendekatan diagnostik sangat diperlukan agar
didapatkan diagnosis yang tepat, sehinggā akhirnya penderita memperoleh
penatalaksanaan yang adekuat. Perlu diingat pula bahwa gangguan reumatik dapat
merupakan manifestasi artikuler dari berbagai penyakit dan sebaliknya beberapa
penyakit reumatik mempunyai manifestasi ekstra-artikuler pada berbagai organ. Sebagaimana
halnya dengan penyakit lain maim dalam melakukan pendekatan diagnostik hams
melalui tahap-tahap anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang.
2.2 Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit sangat penting dalam langkah
awal diagnosis semua penyakit, termasuk pula penyakit reumatik. Sebagaimana
biasanya diperlukan riwayat penyakit yang deskriptif dan kronologis; ditanyakan
pula faktor yang memperberat penyakit dan hasil pengobatan untuk mengurangi
keluhan penderita.
A.
Umur
Penyakit reumatik dapat menyerang semua
umur, tetapi frekuensi dari setiap penyakit berbeda-beda pada berbagai kelompok
umur. Misalnya osteoartrosis lebih sering ditemukan pada penderita usia lanjut
dibandingkan dengan usia muda. Sebaliknya lupus eritematosus sistemik lebih
sering ditemukan pada wanita usia muda dibandingkan dengan kelompok usia lainnya.
B.
Jenis kelamin
Pada penyakit reumatik perbandingan jenis
kelamin berbeda pada beberapa kelompok penyakit.
c.
Nyeri sendi
Nyeri sendi merupakan keluhan utama
penderita reumatik. Penderita sebaiknya diminta menjelaskan lokasi dari nyeri
serta punctum maximumnya, karena mungkin sekali nyeri tersebut merupakan
penjalaran dari tempat lain. Nyeri tajam yang menjalar ke tempat jauh merupakan
keluhan karakteristik yang disebabkan oleh penekanan dari radiks saraf.
Penting untuk membedakan nyeri yang
disebabkan perubahan mekanikal dengan nyeri yang disebabkan inflamasi. Nyeri
yang timbul setelah aktivitas dan hilang setelah istirahat serta tidak timbul
pada pagi hari merupakan tanda nyeri mekanik Sebaliknya nyeri inflamasi akan
bertambah berat pada pagi hari saat bangun tidur dan disertai kaku sendi atau
nyeri yang hebat pada awal gerak dan berkurang setelah melakukan aktivitas.
Pada
artritis reumatoid nyeri paling berat biasanya pada pagi hari, membaik pada
siang hari dan sedikit lebih berat pada malam hari. Sebaliknya pada
osteoartritis nyeri paling berat pada malam hari, pagi hari terasa lebih ringan
dan membaik pada siang hari. Pada artritis gout nyeri yang terjadi biasanya
berupa serangan yang hebat pada waktu bangun pagi hari, sedangkan malam hari
sebelumnya penderita tidak merasakan apa-apa, rasa nyeri ini biasanya self
limiting dan sangat responsif dengan pengobatan.
Nyeri malam hari terutama bila dirasakan
seperti suatu regangan merupakan nyeri akibat peninggian tekanan intraartikuler
akibat dari suatu nekrosis avaskuler atau kolaps tulang akibat artritis yang
berat. Nyeri yang menetap sepanjang hari (siang dan malam) pada tulang
merupakan tanda dari proses keganasan.
D.
Kaku sendi
Kaku sendi merupakan rasa seperti diikat,
pasien merasa sukar untuk menggerakkan sendi (worn off). Keadaan ini
biasanya akibat desakan cairan yang berada di sekitar jaringan yang mengalami
inflamasi (kapsul sendi, sinovia atau bursa).
Kaku
sendi makin nyata pada pagi hari atau setelah istirahat. Setelah
digerak-gerakkan maka cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami
inflamasi dan pasien merasa
terlepas
dari ikatan (wears off).
Lama dan beratnya kaku sendi pagi hari atau
setelah istirahat biasanya sejajar dengan beratnya inflamasi sendi (kaku sendi
pada artritis reumatoid lebih lama dari osteoartritis; kaku sendi pada artritis
reumatoid berat lebih lama daripada arthritis reumatoid ringan).
E.
Bengkak sendi dan deformitas
Pasien sering mengalami bengkak sendi,
perubahan wama, perubahan bentuk atau perubahan posisi dari struktur
ekstremitas. Biasanya yang dimaksud pasien dengan deformitas ialah posisi yang
salah, dislokasi atau subluksasi.
F.
Disabilitas dan handicap
Disabilitas terjadi apabila suatu jaringan,
organ atau sistem tidak dapat berfungsi secara adekuat. Handicap terjadi bila
disabilitasmengganggu aktivitas seharihari, aktivitas sosial atau mengganggu
pekerjaan/jabatan si penderita. Disabilitas yang nyata belum tentu menyebabkan handicap
(seorang yang diamputasi kakinya di atas lutut mungkin tidak akan mengalami
kesukaran bila pekerjaan yang bersangkutan dapat dilakukan sambil duduk saja).
Sebaliknya disabilitas ringan justru dapat mengakibatkan handicap.
G. Gejala sistemik
Penyakit sendi
inflamatif baik disertai maupun tidak disertai keterlibatan multisistem lainnya
akan mengakibatkan peningkatan fase akut reaktan seperti peninggian LED atau
CRP. Selain itu akan disertai gejala sistemik seperti panas, penurunan berat badan,
kelelahan, lesu dan mudah terangsang. Kadang-kadang pasien mengeluh hal yang tidak spesifik, seperti merasa tidak enak badan. Pada orang usia lanjut sering
disertai gejala kekacauan mental.
H.
Gangguan tidur dan depresi
Faktor yang beiperan dalam gangguan pola
tidur antara lain : nyerikronik, terbentuknya fase akut reaktan, obat
antiinflamasi nonsteroid (indometasin). Pada artropati berat terutama pada coxae
dan lutut akan berakibat gangguan aktifitas seksual yang akhirnya
menimbulkan problem perkawinan dan sosial. Perlu diperhatikan pula adanya
gejala depresi terselubung seperti retardasi psikomotor, konstipasi, mudah
menangis dan sebagainya.
2.3 Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan jasmani khusus pada sistem musculoskeletal
meliputi : Inspeksi pada saat diam/istirahat, Inspeksi pada saat gerak, Palpasi
2.4
Pemeriksaan Laboratorium dan Prosedur Pemeriksaan
A.
Selalu atau hampir selalu dikerjakan
1. Pemeriksaan Darah
Tepi lengkap.
2. Endap Darah.
3. Kalsium, Fosfor,
Fosfatase Alkali serum
4. Aram urat dan
kreatinin serum
5. Protein return
atau elektroforesis protein.
6. Foto sinar X Langan
atau sendi lain, sesuai gambaran klinik.
B.
Dikerjakan bits diperlukan
1. Faktor reumatoid
2. ANA
3. Triiodotironin
(T3) dan Tiroksin (T4)
4. Analisis cairan
sendi
5. Prosedur
diagnostik lainnya, seperti artrogram
§ Laju endap darah meningkat
dengan bertambahnya usia, sehingga nilai sekitar 40-50 mm/jam masih dapat ditemukan pada orang usia lanjutyang
masih sehat.
§ Kadar fosfatase asam perlu
diperiksa pada penderita pria dengan keluhan nyeri pinggang (metastasis
karsinoma prostat).
§ Kadar Ca, P dan Fosfatase Alkali
untuk membedakan hiperparatiroid dengan artritis generalisata.
§ Elektroforesisprotein
untukmembedakandengan mieloma multipel.
§ Kadar asam urat serum untuk
mencari kemungkinan penyakit gout, sedangkan kreatinin untuk
menilai fungsi ginjal.
§ Kadar T3 dan T4 untuk mencari
kemungkinan kelainan tiroid.
§ ANA diperiksa pada penderita
dengan artritis generalisata yang menyerang sendi kecil disertai nram kulit,
gangguan hematologik dan ginjal.
§ Pada pemeriksaan Faktor
Reumatoid penderita AR perlu diingat bahwa frekuensi RF (+) meningkat pula
dengan bertambahnya usia.
§ Foto sinar X dapat membedakan
kelainan sistemik atau lokal. Untuk mencegah pemeriksaan yang berlebihan,
usahakan/pilihlah sendi yang paling perlu dilakukan pemeriksaan tersebut.
§ CT Scan terutama untuk kelainan di
vertebra seperti fraktur, kelainan diskus, spinal stenosis dan sebagainya.
2.5 Macam-Macam Penyakit Reumatik
1. Reumatoid Artritis
Artritis rematoid
adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama
poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi
pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih
lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan
gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.
Diagnosis
Untuk
menegakkan diagnosis Artritis Reumatoid harus didapati 4 atau lebih kriteria
berikut ini (
"american rheumatism association" revised, 1987):
- kaku pagi hari
selama paling sedikit I jam dan sudah bcrlangsung paling sedikit 6 minggu.
- pembengkakan pada
3 sendi. Terjadi pembengkakan jaringan lunak atau persendian(soft tissue
swelling) atau lebih efusi, bukan pembesaran tulang (hyperostosism)
- arthritis pada
persendian tangan.
- arthritis
simetris. Maksudnya keterlibatan sendi yang sama (tidak mutlak bersifat
simetris) pada kedua sisi secara serentak (symmetrical polyarthritis
simultaneously )
- Nodul
reumatoidyaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau permukaan
ektensor atau daerah jukstaartrikular dalam obeservasi seorang dokter.
- Faktor rheumatoid
serum positif. Terdapat titer abnormal factor rheumatoid serum yang
diperiksa dengan cara yang memberikan hasil positif kurang dari 5%
kelompok control.
Terdapat perubahan gambaran radiologist yang khas
pada pemeriksaan sinar roentgen tangan posteroanterior atau pergelangan
tangan,yang harus menunjukkan adanya erosi atau dekalsifikasi tulang yang berlokalisasi pada
sendi atau daerah yang berdekatan dengan sendi.
Patogenesis
Patogenesis penyakit ini terjadi akibat rantai peristiwa
imunologikyang menyebabkan proses destruksi sendi. Berhubungan dengan factor
genetic,hormonal,infeksi,dan heat shock protein. Penyakit ini lebih bayak
mengenal wanita daripada pria, terutama pada usia subur.
Terapi
1. Pendidikan pada pasien mengenai
penyakitnya dan penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan
baik dan terjamin ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam jangka waktu yang
lama.
2.OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi
akibat inflamasi yang sering dijumpai
3. DMARD digunakan untuk melindungi rawan sendi dan
tulang dari proses destruksi akibat arthritis rheumatoid . Mula khasiatnya baru
terlihat setelah 3-12 bulan kemudian.
4. Rehabilitasi,bertujuan
meningkatkan kualitas hidup pasien. Caranya antara lain
dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat,latihan,pemanasan dan
lain-lain.Pengertian rehabilitasi termasuk :
a. pemakaian alat bidai,tongkat/tongkat penyangga,
walking machine,kursi roda,sepatu dan alat
b. alat ortotik protetik lainnya
c. terapi mekanik
d. pemanasan: baik hidroterapi maupun elektroterapi
e. occupational therapy
5. Pembedahan
Jika berbagai cara pengobatan telah
dilakukan dan tidak berhasil serta terdapat alas an yang cukup kuat , dapat
dilakukan pengobatan pembedahan. Jenis pengobatan ini pada pasien arthritis
rheumatoid umumnya bersifat ortopedik, misalnya sinovektomi,artrodesis,total
hip replacement,memperbaiki deviasi ulnar,dlsb.
2. Osteoartritis
Osteoartritis
disebut juga penyakit sendi degeneratif atau arthritis hipertrofi.Penyakit ini
merupakan penyakit kerusakan tulang rawan yang bekembang lambat dan berhubungan
dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri,deformitas,pembesaran
sendi dan hambatan gerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang
menanggung beban.Sering kali berhubungan dengan trauma atau mikrotruma yang
berulang-ulang,obesitas,stress oleh beban tubuh, dan penyakit sendi – sendi
lainnya.
Penyebab
Dalam
keadaan normal, sendi memiliki derajat gesekan yang rendah sehingga tidak akan
mudah aus, kecuali bila digunakan secara sangat berlebihan atau mengalami
cedera. Osteoartritis kemungkinan berawal ketika suatu kelainan terjadi pada
sel-sel yang membentuk komponen tulang rawan, seperti kolagen (serabut protein
yang kuat pada jaringan ikat) dan proteoglikan (bahan yang membentuk daya
lenting tulang rawan).
Selanjutnya tulang rawan tumbuh
terlalu banyak, tetapi pada akhirnya akan menipis dan membentuk retakan-retakan
dipermukaan. Rongga kecil akan terbentuk di dalam sumsum tulang yang terletak
di bawah kartilago tersebut, sehingga tulang menjadi rapuh. Tulang mengalami
pertumbuhan berlebihan di pinggiran sendi dan menyebabkan benjolan (osteofit),
yang bias dilihat dan bias dirasakan. Benjolan ini mempengaruhi fungsi sendi
yang normal dan menyebabkan nyeri.
Pada akhirnya, permukaan tulang rawan
yang halus dan licin berubah menjadi kasar dan berlubang-lubang, sehingga sendi
tidak lagi dapat bergerak secara halus. Semua komponen sendi (tulang, kapsul
sendi, jaringan sinovial, tendon dan tulang rawan) mengalami kegagalan dan
terjadi kelainan sendi.
Gejala
Bila dilakukan x-ray pada orang-orang
berusia 40 tahun, kebanyakan akan memperlihatkan mulai terjadinya
osteoartritis, terutama pada sendi penopang beban seperti sendi panggul; tetapi
hanya sedikit yang memiliki gejala.
Gejala biasanya timbul secara bertahap dan pada awalnya hanya mengenai satu
atau sedikit sendi. Yang sering terkena adalah sendi jari tangan, pangkal ibu
jari, leher, punggung sebelah bawah, jari kaki yang besar, panggul dan lutut. Nyeri
yang biasanya akan bertambah buruk jika melakukan olah raga, merupakan gejala
pertama.
Beberapa penderita merasakan kekakuan pada sendinya ketika bangun tidur atau
pada kegiatan non-aktif lainnya, tetapi kekakuan ini biasanya menghilang dalam
waktu 30 menit setelah mereka kembali menggerakkan sendinya.
Kerusakan karena orteoartritis
semakin memburuk, sehingga sendi menjadi sukar digerakkan dan pada akhirnya
akan terhenti pada posisi tertekuk.
Pertumbuhan baru dari tulang, tulang rawan dan jaringan lainnya bisa
menyebabkan membesarnya sendi, dan tulang rawan yang kasar menyebabkan
terdengarnya suara gemeretak pada saat sendi digerakkan. Pertumbuhan tulang
(nodus Herbeden) sering terjadi pada sendi di ujung jari tangan.
Pada beberapa sendi (misalnya sendi
lutut), ligamen (yang mengelilingi dan menyokong sendi) teregang sehingga sendi
menjadi tidak stabil. Menyentuh atau menggerakkan sendi ini bisa menyebabkan
nyeri yang hebat. Sendi panggul menjadi kaku dan kehilangan daya geraknya
sehingga menggerakkan sendi panggul juga menimbulkan nyeri.
Osteoartritis sering terjadi pada
tulang belakang. Gejala utamanya adalah nyeri punggung. Biasanya kerusakan
sendi di tulang belakang hanya menyebabkan nyeri dan kekakuan yang sifatnya
ringan. Osteoartritis pada leher atau punggung sebelah bawah bisa menyebabkan
mati rasa, kesemutan, nyeri dan kelemahan pada lengan atau tungkai, jika
pertumbuhan tulang berlebih menekan persarafannya. Kadang pembuluh darah yang
menuju ke otak bagian belakang tertekan, sehingga timbul gangguan penglihatan,
vertigo, mual dan muntah. Pertumbuhan tulang juga bisa menekan kerongkongan dan
menyebabkan kesulitan menelan.
Penatalaksanaan
Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat
yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang
belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit,
meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti
inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi
sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul
atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari
aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat
listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada
lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
Diet
Diet untuk menurunkan berat
badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi program utama pengobatan
osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya
keluhan dan peradangan.
Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan
pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya
yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya,
dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien
osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena
faktor-faktor psikologis.
Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai
pada pasien osteoartritis terutama pada tulang belakang, paha dan lutut. Sering
kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan
mengutarakannya.
Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting
pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian panas dan dingin
dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum
latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif
sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan.
Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik,
ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat
otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric
lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi
rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena
berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot
periartikular ©2004 Digitized by USU digital library 6 memegang peran
penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot
tersebut adalah penting.
Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan
sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang
dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau
ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan
sendi, pebersihan osteofit.
3. Artritis Gout
Seseorang
dikatakan menderita asam urat (gout) jika kondisinya memenuhi beberapa syarat
dan biasanya perjalanan penyakitnya klasik sekali, seperti mempunyai gejala
yang khas penyakit gout, mempunyai perjalanan yang khas penyakit gout, ditemukan
asam urat dalam kadar tinggi dalam darahnya, dan hasil pemeriksaan mikroskopik
dari cairan sendi atau tofus (benjolan asam urat) ditemukan kristal asam urat
yang berbentuk jarum. Umumnya yang terserang asam urat adalah para pria,
sedangkan pada perempuan presentasinya kecil dan baru muncul setelah menopause.
Perempuan
mempunyai hormon estrogen yang ikut membantu pembuangan asam urat lewat urine.
Sementara pada pria, asam uratnya cenderung lebih tinggi daripada perempuan
karena tidak memiliki hormon estrogen tersebut. Selama seorang perempuan
mempunyai hormon estrogen, maka pembuangan asam uratnya ikut terkontrol. Ketika
sudah tidak mempunyai estrogen, seperti saat menopause, barulah perempuan
terkena asam urat. Dengan kata lain, asam urat bisa disebut sebagai penyakit
kaum pria.
Kadar asam urat
Kadar
asam urat normal pada pria berkisar 3,5-7 mg/dl dan pada perempuan 2,6-6 mg/dl.
Kadar asam urat di atas normal disebut hiperurisemia. Perjalanan penyakit yang
klasik biasanya dimulai dengan suatu serangan atau seseorang memiliki riwayat
pernah cek asam uratnya tinggi di atas 7 mg/dl, dan makin lama makin tinggi.
Jika
demikian, kemungkinannya untuk menjadi penyakit gout itu makin besar. Biasanya
25 persen orang yang asam uratnya tinggi akan menjadi penyakit gout. Itu
disebut awal stadium, asimtomatik, tanpa gejala. Pada setiap orang
berbeda-beda. Adayang
bertahun-tahun sama sekali tidak muncul gejalanya, tetapi ada yang muncul
gejalanya di usia 20 tahun, 30 tahun, atau 40 tahun.
Faktor risiko
faktor
risiko yang menyebabkan orang terserang penyakit asam urat adalah pola makan,
kegemukan, dan suku bangsa. Asupan yang masuk ke tubuh juga memengaruhi kadar
asam urat dalam darah. Makanan yang mengandung zat purin yang tinggi akan
diubah menjadi asam urat. Purin yang tinggi terutama terdapat dalam jeroan, sea
food: udang, cumi, kerang, kepiting, ikan teri.
Asam urat pun merupakan faktor risiko
untuk penyakit jantung koroner. Diduga kristal asam urat akan merusak
endotel/pembuluh darah koroner. Serangan gout (artritis gout akut) terjadi
secara mendadak. Timbulnya serangan bisa dipicu oleh:
§ luka
ringan
§ pembedahan
§ pemakaian
sejumlah besar alkohol atau makanan yang kaya akan protein
§ kelelahan
§ stres
emosional
§ penyakit.
penatalaksanan
Langkah
pertama untuk mengurangi nyeri adalah mengendalikan peradangan. Pengobatan tradisional untuk
gout adalah kolkisin.
Biasanya nyeri sendi mulai berkurang dalam waktu 12-24 jamsetelah pemberian
kolkisin dan akan menghilang dalam waktu 48-72 jam. Kolkisin diberikan dalam bentuk tablet, tetapi jika
menyebabkan gangguan pencernaan, bisa diberikan secaraintravena. Obat ini seringkali menyebabkan diare dan bisa menyebabkan efek samping yang
lebih serius (termasuk kerusakan sumsum tulang).
Saat
ini obat anti peradangan non-steroid (misalnya ibuprofen danindometasin) lebih banyak
digunakan daripada kolkisin dan sangat efektif mengurangi nyeri dan
pembengkakan sendi. Kadang diberikan kortikosteroid (misalnya prednison). Jika
penyakit ini mengenai 1-2 sendi, suatu larutan kristal kortikosteroid bisa
disuntikkan langsung ke dalam sendi. Pengobatan ini sangat efektif untuk
mengakhiri peradangan yang disebabkan oleh kristal urat. Kadang obat pereda
nyeri ditambahkan untuk mengendalikan nyeri (misalnya kodein dan meperidin).
Untuk mengurangi nyeri, sendi yang meradang sebaiknya diistirahatkan dahulu.
Obat-obat
seperti probenesid atau sulfinpirazon berfungsi menurunkan kadar asam urat
dalam darah dengan jalan meningkatkan pembuangan asam urat ke dalam air kemih. Aspirinmenghambat efek probenesid dan sulfinpirazon,
sehingga sebaiknya tidak digunakan pada saat yang bersamaan. Jika diperlukan
obat pereda nyeri, lebih baik diberikan asetaminofenatau
obat anti peradangan non-steroid (misalnya ibuprofen).
Jika pembuangan asam urat meningkat, dianjurkan untuk minum banyak air (minimal 2 liter/hari) untuk
membantu mengurangi resiko kerusakan sendi dan ginjal.
Allopurinol merupakan obat yang menghambat pembentukan asam urat di dalam tubuh.
Obat ini terutama diberikan kepada penderita yang memiliki kadar asam urat yang
tinggi dan batu ginjal atau mengalami kerusakan ginjal. Allopurinol bisa menyebabkan gangguan pencernaan,
timbulnya ruam di kulit, berkurangnya jumlah sel darah putih dan kerusakan hati. Sebagian besar tofi di telinga, tangan atau kaki akan mengecil secara perlahan jika
kadar asam urat dalam darah berkurang; tetapi tofi yang sangat besar mungkin
harus diangkat melalui pembedahan.
Orang
yang memiliki kadar asam urat yang tinggi tetapi tidak menunjukkan
gejala-gejala gout, kadang mendapatkan obat untuk menurunkan kadar asam
uratnya. Tetapi karena adanya efek samping dari obat tersebut, maka
pemakaiannya ditunda kecuali jika kadar asam urat di dalam air kemihnya sangat
tinggi. Pemberian allopurinol bisa mencegah pembentukan batu ginjal.
PENCEGAHAN
Penyakitnya
sendiri tidak bisa dicegah, tetapi beberapa faktor pencetusnya bisa dihindari
(misalnya cedera, alkohol, makanan
kaya protein). Untuk
mencegah kekambuhan, dianjurkan untuk minum banyak air, menghindari minuman
beralkohol dan mengurangi makanan yang kaya akan protein. Banyak penderita yang
memiliki kelebihan berat badan, jika berat badan mereka dikurangi, maka kadar
asam urat dalam darah seringkali kembali ke normal atau mendekati normal.
Beberapa
penderita (terutama yang mengalami serangan berulang yang hebat) mulai
menjalani pengobatan jangka panjang pada saat gejala telah menghilang dan
pengobatan dilanjutkan sampai diantara serangan. Kolkisin dosis rendah
diminum setiap hari dan bisa mencegah serangan atau paling tidak mengurangi frekuensiserangan.
Mengkonsumsi obat anti peradangan non-steroid secara rutin juga bisa mencegah
terjadinya serangan. Kadang kolkisin dan obat anti peradangan non-steroid
diberikan dalam waktu yang bersamaan. Tetapi kombinasi kedua obat ini tidak
mencegah maupun memperbaiki kerusakan sendi karena pengendapan kristal dan
memiliki resiko bagi penderita yang memiliki penyakit ginjal atau hati.
4. Spondilitis
Ankilosis
Spondilitis ankilosis (SA) merupakan penyakit
inflamasi kronik, bersifat sistemik, ditandai dengan kekakuan progresif, dan
terutama menyerang sendi tulang belakang (vertebra) dengan penyebab yang tidak
diketahui. Penyakit ini dapat melibatkan sendi-sendi perifer, sinovia, dan
rawan sendi, serta terjadi osifikasi tendon dan ligamen yang akan mengakibatkan
fibrosis dan ankilosis tulang. Terserangnya sendi sakroiliaka merupakan tanda
khas penyakit ini. Ankilosis vertebra biasanya terjadi pada stadium lanjut dan
jarang terjadi pada penderita yang gejalanya ringan. Nama lain SA adalah Marie Strumpell disease atau Bechterew's
disease
Gejala Klinik
Gejala klinik SA dapat dibagi
dalam manifestasi skeletal dan ekstraskeletal. Manifestasi skeletal berupa
artritis aksis, artritis sendi panggul dan bahu, artritis perifer, entensopati,
osteoporosis, dan fraktur vertebra. Manifestasi ekstraskeletal berupa iritis
akut, fibrosis paru, dan amiloidosis. Gejala utama SA adalah adanya
sakroilitis. Perlangsungannya secara gradual dengan nyeri hilang timbul pada
pinggang bawah dan menyebar ke bawah pada daerah paha. Keluhan konstitusional
biasanya sangat ringan, seperti anoreksia, kelemahan, penurunan berat badan,
dan panas ringan yang biasanya terjadi pada awal penyakit
Manifestasi pada Tulang
Keluhan yang umum dan karakteristik awal penyakit ialah
nyeri pinggang dan sering menjalar ke paha. Nyeri biasanya menetap lebih dari 3
bulan, disertai dengan kaku pinggang pada pagi hari, dan membaik dengan
aktivitas fisik atau bila dikompres air panas. Nyeri pinggang biasanya tumpul
dan sukar ditentukan lokasinya, dapat unilateral atau bilateral. Nyeri
bilateral biasanya menetap, beberapa bulan kemudian daerah pinggang bawah
menjadi kaku dan nyeri. Nyeri ini lebih terasa seperti nyeri bokong dan
bertambah hebat bila batuk, bersin, atau pinggang mendadak terpuntir.
Inaktivitas lama akan menambah gejala nyeri dan kaku. Keluhan nyeri dan kaku
pinggang merupakan keluhan dari 75% kasus di klinik.
Nyeri tulang juksta-artikular dapat menjadi
keluhan utama, misalnya entesis yang dapat menyebabkan nyeri di sambungan
kostosternal, prosesus spinosus, krista iliaka, trokanter mayor, tuberositas
tibia atau tumit. Keluhan lain dapat berasal dari sendi kostovertebra dan
manubriosternal yang menyebabkan keluhan nyeri dada, sering disalahdiagnosiskan
sebagai angina.
Manifestasi di Luar Tulang
Manifestasi di luar tulang
terjadi pada mata, jantung, paru, dan sindroma kauda ekuina. Manifestasi di
luar tulang yang paling sering adalah uveitis anterior akut, biasanya
unilateral, dan ditemukan 25--30% pada penderita SA dengan gejala nyeri,
lakrimasi, fotofobia, dan penglihatan kabur. Manifestasi pada jantung dapat
berupa aorta insufisiensi, dilatasi pangkal aorta, jantung membesar, dan
gangguan konduksi. Pada paru dapat terjadi fibrosis, umumnya setelah 20 tahun
menderita SA, dengan lokasi pada bagian atas, biasanya bilateral, dan tampak
bercak-bercak linier pada pemeriksaan radiologis, menyerupai tuberkulosis.
Penanganan
Pengobatan utama adalah dengan
menghilangkan nyeri, mengurangi inflamasi, latihan fisik untuk perbaikan
kekuatan otot, dan memelihara postur tubuh. Penderita dianjurkan tidur terlentang menggunakan kasur
yang agak keras dengan sebuah bantal tipis. Menggunakan bantal yang tebal atau
beberapa bantal sebaiknya dihindari. Pada pagi hari, mandi air hangat, diikuti
latihan fisik untuk penguatan otot-otot belakang (sesuai dengan petunjuk dokter
atau dokter fisioterapi). Hal ini sebaiknya dilakukan di rumah secara teratur.
Tidur tengkurap selama beberapa menit dilakukan beberapa kali dalam sehari
merupakan tindakan yang bermanfaat dalam menjaga pergerakan ekstensi spinal.
Latihan fisik penting dilakukan karena penyakit
ini cenderung terjadi kelainan berupa fleksi spinal yang progresif. Oleh karena
itu, otot-otot ekstensor spinal harus diperkuat. Manuver lain yang perlu
dilakukan adalah bernapas dalam dan gerakan fleksi lumbal yang isometrik.
Posisi postur tubuh harus diperhatikan setiap saat. Kursi dengan sandaran yang
keras dianjurkan, tetapi diutamakan lebih banyak berjalan dari pada duduk.
Pengobatan dengan obat anti-inflamasi nonsteroid
(AINS) untuk mengurangi nyeri, mengurangi inflamasi, dan memperbaiki kualitas
hidup penderita. Indometasin 75--150 mg perhari (Areumakin, Benocid,
Dialorir, Confortid) memegang rekor terbaik. Apabila penderita tidak mampu
mentolerir efek samping seperti gangguan lambung atau gangguan SSP berupa sakit
kepala dan pusing, maka AINS yang lain dapat dicoba.
Penderita yang tidak responsif dengan
indometasin atau AINS yang baru lainnya dapat dicoba dengan fenilbutazon
100--300 mg perhari. Tingginya insidens agranulositosis atau anemia aplastik
akibat efek samping obat ini dibandingkan dengan AINS yang lain perlu
disampaikan pada penderita. Jumlah eritrosit dan lekosit harus selalu dimonitor.
Preparat emas dan penisilamin telah digunakan pada penderita dengan poliatritis
perifer. Publikasi studi klinik terakhir dari sulfasalazin 2--3 gr perhari
(Sulcolon tab. 500 mg) menunjukkan adanya perbaikan, baik nyeri maupun kelainan
spina. Bila keluhan sangat mengganggu dalam kegiatan sehari-hari dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan artroplasti atau koreksi deformitas spinal.
Tindakan ini sangat berguna untuk mengurangi keluhan akibat deformitas tersebut.
2.6 Peran Rehabilitasi Medik Dalam
Kasus Reumatik
Pelayanan
Rehabilitasi Medik ádalah “Meningkatkan
dan mempertahankan koalitas hidup dengan memulihkan fungsional seseorang
semaksimal mungkin dengan memanfaatkan dan meningkatkan kemampuan yang masih ada
secara ter integrasi baik penanggunngan individu ataupun kelompok”.
Pelayanan rehabilitasi yang terintergrasi itu memiliki tujuan fungsional yang
secara detail menyebutkan “Mempertahankan
atau meningkatkan koalitas hidup seseorang dengan cara mencegah, mengurang
impairment (kelainan), disability (ketidakmampuan) dan handycap deserta
dampaknya untuk meningkatkan fungís semaksimal mungkin sehingga dapat melakukan
fungsinya di masyarakat”.
Pelayanan
rehabilitasi memiliki tujuan fungsional yang secara detail menyebutkan “Mempertahankan atau meningkatkan koalitas
hidup seseorang dengan cara mencegah, mengurang impairment (kelainan),
disability (ketidakmampuan) dan handycap deserta dampaknya untuk meningkatkan
fungís semaksimal mungkin sehingga dapat melakukan fungsinya di masyarakat”.
PENCEGAHAN
DISABILITAS
Penyakit reumatik kronik dapat mengakibatkan
disabilitas, olch karena itu perlu dijaga agar tidak sampai terjadi handicap.
Pencatatan yang baik dari suatu penyakit kronis pada praktek umum sangat
membantu dalam mengidentifikasi masalah penderita. Penilaian keadaan di rumah
dan tempat kerja sangat panting. Perubahan sederhana pada pola kerja dan
perubahan jadwal rutin dapat diberikan balk oleh seorang dokter, maupun oleh fisioterapist
dan occupational therapist.
Alat
Bantu
Berbagai
alat bantu untuk membantu pasien untuk mobilitas, kegiatan sehari-hari dan
bekerja telah dikembangkan. Dalam okupasi terapi pemberian alat pada pasien
kasus reumatik (dalam fase akut) adalah pemeberian splint. Splint yang diberikan
adalah mem-immobilisasi sendi juga memiliki fungsi mencegah deformitas selain
mengurangi nyeri. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengurangi nyeri yang
diakibatkan dari reumatik.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penyakit reumatik adalah kerusakan tulang
rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis
ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada
sendi – sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban.
Dengan mengkombinasikan antara umur, jenis
kelamin, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, laboratorium dan pemeriksaan penunjang
maka kita dapat mempersempit diagnosis. Pemeriksaan penunjang yang berlebihan
tidak diperlukan apabila dari riwayat penyakit, pemeriksaan penunjang dan
pemeriksaan laboratorium yang ditentukan sudah dapat dibuat diagnosis. Dengan
diagnosis yang tepat kita dapat merencanakan pengelolaan pasien dengan lebih
baik.
Penanganan reumatik perlu mempertimbangkan
mengenai aspek psikologis pasien. Salah satu peranan okupasi terapi dalam kasus
reumatik adalah pemberian splint untuk meng-immobilitasi sendi yang terkena
pada masa akut. Setelah fase nyeri terlewti latihan gerak sendi dan okupasi
terapi mulai memikirkan program pasien agar mandiri dalam beraktivitas. Program
tersebut termasuk konservasi energi, penataan rumah yang sesuai dengan
disabilitas yang dialami pasien, modifikasi alat, alat Bantu (jika diperlukan)
dan lain sebagainya yang membantu pasien mandiri dalam segala aktivitasnya.