EFEK
HARI SENIN
Dalam setahun terdapat
12 bulan, dimana satu bulan terdapat 4 minggu dan setiap minggu ada 7 hari.
Senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu, minggu itulah nama-nama hari dalam
sepekan. Berakhirnya hari minggu menandakan dimulainya hari senin sebagai permulaan
aktifitas keseharian manusia. Repetisi aktifitas kerja maupun sekolah
seringkali banyak membuat individu merasa malas, tidak semangat hingga tertekan/stress.
Perasaan tersebut tidaklah mengada-ada karena perasaan malas timbul dari perasaan
cemas berlebih terhadap tugas kerja, takut dimarahi oleh atasan dll. Dengan
segala perasaan negative yang bisa menyebabkan etos kerja menurun.
Di samping faktor rasa
malas, ada beberapa permasalahan yang menimbulkan persepsi bahwa hari senin
adalah hari yang paling dibenci oleh banyak orang.
- Senin
= kegilaan kemacetan
Ketika
penulis dalam perjalanan ke tempat kerja pada hari senin, selalu pertanyaan
yang sama di benak bahwa “Apakah semua orang hanya bekerja di hari senin?”.
Pertanyaan tersebut timbul karena hari senin adalah hari terpadat dibanding
hari lain. Normalnya untuk menuju ke kantor hanya membutuhkan 45 menit, tetapi
jadwal
tersebut tidak berlaku di hari senin. Jika hari senin, untuk sampai tepat waktu
di kantor membutuhkan paling tidak 75 menit hingga 120 menit dari jam masuk
kerja. Bertambahnya durasi di jalan menimbulkan efek bad mood ketika sampai di kantor. Kalo sudah seperti itu timbulah
rasa cepat emosi, pusing dan segala perasaan negative.
- Senin = Jadwal
terpadat
Berhubung profesi penulis
adalah seorang okupasi terapis di bidang anak-anak berkebutuhan khusus, penulis
mencatat bahwa pada hari senin adalah hari dimana pasien penuh hingga sore
tanpa ada cancel sesi terapi. Jawal
yang penuh sangat menguras tenaga baik fisik atau pun psikis. Karena penuhnya
sesi terapi penulis pernah mengalami letih pada jam terakhir pelayanan.
Akibatnya penulis meminta izin ke belakang kepada pasien yang sebenarnya
penulis makan untuk menambah stamina bekerja kembali.
- Senin = Jadwal
dosen disiplin
Hari senin adalah hari
yang paling mustahil bagi penulis untuk membolos karena alesan lelah bekerja.
Entah dari semester awal aktif perkuliahan, hari senin selalu ditempati oleh
dosen-dosen yang sangat memperhatikan absensi siswa dalam penilaian.
- Senin
= kesialan
Hari senin dirasa
mendatangkan kemalangan bagi penulis disebabkan tidak terorganisisrnya segala
pikiran dan aktivitas. Pada hari senin penulis sering kali mengalami
terserempet motor lain karena motor tersebut tidak mau mengalah saat melaju.
Sering juga penulis mengalami banyak hal-hal penting yang tidak sengaja
terlupakan karena lelahnya bekerja. Segala hal tersebut menjadikan penulis
sering terteter jika ada tugas kuliah atau laporan terapi yang belum
terselesaikan.
Sudah banyak antisipasi yang dilakukan penulis
untuk menghadapi tekanan pada hari senin. Diantara bentuk antisipasinya adalah
berusaha mengerjakan tugas pada hari tersebut, untuk menghindari menumpuknya
pekerjaan rumah. Mendengarkan music atau radio sebagai hiburan di saat persaan
hati jelek, atau tidur siang di sela jam istirahat. Bentuk pengalihan cukup
membantu untuk mengurangi tingkat stress yang di rasa.
Hari senin tidaklah beda dengan hari lain
dalam sepekan. Mempersiapkan segala bentuk pekerjaan pada hari sebelumnya
seharusnya menjadi wujud disiplin diri. Mengubah pola pikir positif bahwa hari
senin bukanlah hari sial juga merupakan kunci untuk survive. Karena berpikir positif akan membentuk rasa optimism yang
pada akhirnya merubah suasana hati menjadi bahagia. Percayalah segala sesuatu yang
dimulai dengan optimiskan akan menghasilkan kebahagian dalam hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar